Dibalik mitos burung bubut penyembuh patah tulang - Majalah Burung

Header Menu

Dibalik mitos burung bubut penyembuh patah tulang

Bubut adalah sebutan untuk burung jenis Crow pheasant yang dikenal dengan nama Coucal (Centropus sp.), dan merupakan satu dari 30 jenis keluarga Cuckoo. Namun tidak seperti cuckoo lainnya, bubut bukan burung parasit yang senang mengganggu sarang miilik burung lain. Namun dibalik kelembutannya itu, burung bubut ternyata terkenal dengan mitos penyembuh patah tulang. Benarkah itu?

penyembuh patah tulang



Ada beberapa jenis burung bubut yang tersebar mulai dari India, China hingga ke Indonesia yaitu bubut besar (Centropus sinensis) dan bubut kecil (Centropus bengalensis).


Sarang burung bubut berada di area yang penuh dengan semak belukar yang lebat. Dalam kebudayaan di Asia, burung bubut ini dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan patah tulang. Adapun yang digunakan untuk media penyembuhan adalah bahan sarang yang diolah menjadi minyak bubut. Bahkan ada juga yang percaya bahwa anakan dari burung bubut itu sendiri yang akan dijadikan minyak untuk penyembuhan. 

Di kalangan masyarakat, minyak burung bubut dipercaya cukup ampuh untuk menyembuhkan luka bakar, keseleo, patah tulang, dan sebagainya. 

Menurut G.C Madoc (1956): "Ada kepercayaan asli yang menyebutkan bahwa anakan burung bubut dapat dibuat menjadi emulsi yang dapat menyembuhkan segala permasalahan yang berkaitan dengan tulang, termasuk patah tulang. Mereka yang mencari bahan obat ini kemudian memperlakukan anak-anak burung itu dengan sangat kejam, sebelum merebusnya mereka mencampurkan minyak kelapa untuk membuat emulsi,"

Ada cerita yang sudah lama beredar di Nusantara mengenai keajaiban burung bubut menyembuhkan patah tulang. Dikisahkan baha para penduduk asli di salah satu Pulau yang ada di Nuantara sering mencari keberadaan sarang burung bubut. Ketika dijumpai ada anakan burung di dalamnya, maka mereka akan mematahkan kaki anak burung tersebut lalu ditinggalkan selama beberapa hari. Diceritakan pula bahwa induk burung yang mendapati kaki anaknya patah itu kemudian membawakan herbal yang dilolohkan langsung pada anak yang patah kakinya itu.

Ajaibnya, pakan yang dilolohkan ternyata cukup ampuh menyembuhkan patah kaki dalam waktu singat. Ketika si pemburu kembali melihat sarang, dan mengetahui anaknya telah sembuh, maka mereka akan membawa sarang beserta isianya untuk dijadikan minyak.

Habitat dan perilaku burung bubut 

Penampilan burung bubut mirip seperti elang dengan tubuh dan paruhnya yang besar. Tapi posturnya tidak setegap elang, bahkan lebih cenderung mirip ayam ketika berjalan. Bulu-bulu di tubuhnya berwarna hitam dengan sedikit jingga atau kuning kemerahan pada bagian sayapnya.

Bubut adalah spesies burung pemakan segala mulai dari serangga, ulat, katak, hingga kadal. Burung ini bisa dijumpai di tepian hutan terutama di semak belukar yang tinggi dan lebat juga di hutan mangrove. 

Sarang burung bubut umumnya berbentuk bulat yang diletakkanya di sela rerumputan maupun semak yang cukup lebat. Telurnya berwarna putih dengan bercak kuning yang jumlahnya bisa mencapai 3 s/d 4 butir telur. Musim kawin burung bubut biasanya berlangsung mulai dari Maret sampai Mei.

Di Indonesia, burung bubut dapat dijumpai di Sumatera, Nias, Mentawai, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Suaranya cukup khas namun tidak sekeras burung ocehan populer lainnya. 

Burung bubut sebenarnya bukan jenis burung yang cocok untuk dipelihara. Ukurannya yang besar tentu akan menyulitkan dalam memilih sangkarnya, begitupun suaranya juga kurang menarik jika dibandingkan dengan burung kicauan lainnya. 

Banyak yang memelihara burung bubut lantaran penasaran saja dengan bentuk dan ukurannya yang besar, bahkan tak sedikit yang menyangka burung ini adalah sejenis elang. 




Posting Komentar

0 Komentar